KEMISKINAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan , pakaian , tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
By Murandari
By Murandari
SCHOOL N’ BUSINESS CAN MAKE CHANGES TEENS LIFE
By M Farhan Nugraha
Kondisi ekonomi dunia yang pasang surut seperti saat ini, membawa anak-anak di bawah usia dewasa memutuskan untuk berhenti bersekolah untuk ikut membantu perekonomian keluarganya. Tetapi ada juga yang tetap bertahan walaupun mengisi waktu di luar sekolah sambil bekerja.
Berdasarkan pada fenomena ini, menurut sciencedaily membuat para peneliti dari University of Washington, University of Virginia dan Temple University melakukan penelitian di bulan Januari- Februari 2011, studi tersebut berhubungan pada perilaku anak-anak remaja yang tetap bersekolah dan bekerja paruh waktu di jam luar sekolah.
Hasil studi tersebut menunjukkan bagi siswa sekolah tinggi yang bekerja lebih dari 20 jam selama seminggu berdampak pada nilai akademik dan perilakunya.
Melalui sampel untuk 1.800 remaja sekolah menengah, para peneliti membandingkan remaja yang bekerja dengan yang tidak bekerja, dan remaja yang meninggalkan pekerjaannya dengan remaja yang masih tetap bekerja. Melalui latar belakang dan kepribadian mereka.
Peneliti menemukan, bagi remaja yang bekerja lebih dari 20 jam selama seminggu berakibat pada penurunan keterlibatan mereka pada kegiatan di sekolah dan seberapa jauh diharapkan mereka akan tetap masuk sekolah, dikaitkan dengan peningkatan perilaku bermasalah seperti pencurian, membawa senjata, mengkonsumsi alkohol, dan obat-obatan ilegal.
Tidak ada perubahan dari dampak tadi, walalupun remaja tersebut mengurangi jam kerjanya atau bahkan berhenti sama sekali dari pekerjaannya. Sedangkan bagi remaja yang bekerja 20 jam kurang dari seminggu mempengaruhi nilai akademis, psikologis dan perubahan perilaku.
"Walaupun remaja tersebut berubah menjadi penjahat atau harus drop out (D.O) tetap dampak dari efek samping ini tidak bisa kita abaikan. Sudah sepantasnya menjadi perhatian bagi kita orang tua untuk mengubah perilaku ini", ujar Kathryn C. Monahan, ilmuwan dari University of Washington.
Pengaruh Status Sosial Terhadap Loyalitas Siswa Dalam Membayar Dana Sumbangan Pembangunan
Beraneka ragamnya mata pencaharian mengakibatkan pula beraneka ragamnya status sosial di masyarakat. Bagaimana tidak, hasil yang di peroleh setiap orang dari masing-masing pekerjaanya pun berbeda-beda, ada yang berpenghasilan tetap dan ada yang tidak tetap dengan jumlah yang jauh dari harapan.
Bukan suatu hal yang sulit menemui orang-orang yang memiliki pekerjaan tidak tetap dengan penghasilan yang tidak tetap pula tetapi sebaliknya bagi orang-orng yang memiliki pekerjaan tetap dan penghasilan yang cukup sulit ditemukan di daerah ini.
Dalam hal ini apakah ada pengaruh antara pendapatan orang tua siswa dan pendidikan orang tua siswa terhadap loyalitas siswa di salah satu SMA di Kabupaten Ciamis dalam membayar DSP?
Setelah dilakukan penelitian ternyata Status sosial ekonomi keluarga dengan 2 variabel prediktor yaitu pendapatan orang tua siswa dan pendidikan orang tua siswa menunjukan pengaruhnya terhadap loyalitas siswa dalam membayar dana sumbangan pembangunan hanya 17% saja orang tua siswa yang mampu membayar DSP sesuai yang diharapkan oleh Sekolah sedangkan sisanya sebesar 83% orang tua siswa hanya mampu membayar DSP sesuai dengan kemampuanya dan tidak seperti yang diharapkan oleh Sekolah tersebut.
By:Lisa Krisnia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar